HIS HIPERTONIK



A.   Pengertian
His hipertonik disebut juga tetania uteri yaitu his yang terlalu kuat. Sifat hisnya normal, tonus otot diluar his yang biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung cepat (<3 jam disebut partus presipitatus).

Partus presipitatus dapat mengakibatkan kemungkinan :
a. Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
b. Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan.
c. Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan dan inversio uteri.

Tetania uteri juga menyebabkan asfeksia intra uterine sampai kematian janin dalam rahim. Bahaya bagi ibu adalah terjadinya perlukan yang luas pada jalan lahir, khususnya serviks uteri, vagina dan perineum. Bahaya bagi bayi adalah terjadi perdarahan dalam tengkorak karena mengalami tekanan kuat dalam waktu singkat. 3. His Yang Tidak Terkordinasi Adalah his yang berubah-ubah. His jenis ini disebut Ancoordinat Hypertonic Urine Contraction. Tonus otot meningkat diluar his dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi. Tidak adanya kordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.

                                       
B.     Etiologi
1.      Usi dan paritas
Keadaan ini terutama merupakan keadaan pada primigravida. Sekitar 95 % dari kasdus-kasus berat terjadi dalam persalinan pertama, dan uterus hamper selalu lebih efisien pada kehamilan berikutnya. Insidensi pada primigravida lanjut usia hanya sedikit lebih tinggi dibandingkan pada wanita muda.

2.      Kondisi emosi dan kejiwaan
Kita tidak tahu bagaimana masalah kejiwaan dan emosi dalam bekerja menyebabkan atau memperburuk inkoordinasi uterus dalam persalinan. Dikatakan bahwa rasa takut meningkatkan tegangan pada segmen bawah uterus. Akan tetapi, ada wanita tenang yang mengalami persalinan sulit dan ada wanita yang amat emosional yang melahirtkan dengan mudah. Kebanyakan kelainan berat pada system saraf pusat tidak memberikan pengaruh yang merugikan pada persalinan.
3.      Kelainan uterus
Sementara sebagian dokter mengagap bahwa overdistensi, vibroid, dan jaringan parut pada uterus menjadi presdiposisi timbiulnya kontarkasi uterus yang jelek, dokter-dokter lainnya menolak anggapan tersebut. Yang pasti, kelainan congenital uterus, uterus yang fungsiny tidak lengkap atau uterus bikornis akan mengganggu persalinan.
4.      Pecahnya ketuban
Pecahnya ketuban dalam kondisi yang tepat akan merangsang uterus untuk berkontraksi lebih baik dan mempercepat kemajuan persalinan. Akan tetapi, ketuban yang pecah sebelum serviks mendatar m,asih keras, tebal, dan tertutup tentu menghasilkan persalinan yang lama dan tidak efisien.
5.      Gangguan mekanis dalam hubungan janin dengan jalan lahir
Bagian terendah yang menempel baik pada serviks dan segmen pada uterus pada kala I persalinan dan dengan vagina serta perineum pada kala II akan menghasilkan rangsangan reflex yang baik pada myometrium. Segala sesuatu yang menghalangi hubungan baiak ini akan menyebabkan kegagalan reflex tersebut, dan akaibatnya timbulah kontraksi yang jelek. Hubungan antara posisi p[osterior, sikap ekstensi dan posisi melintang yang macet (transverse arrest) dengan kerja urterus yang salah telah diketahui dengan baik. Mal posisi menyebabkan gangguan uterus, dan jika keadaan ini bias diperbaiki, meka kontraksi kerap kali menjadi lebih baik. Penurunan yang lambat dan pembebtujan bawah uterus tidak lengkap merupakan tanda dini inkoordinasi rahim. Disp[orsisi cephalopelvic dalam derajat yang ringan menjadi predisposisi timbuknya kerja uterus yang tidak koordinasi atau his hipertonik.


6.      Iritasi uterus
Rangsangan yang tidak tepat pada uterus oleh obat-obatan batau oleh tindakan maniipulasi intrauterine dapat mengakibatkan his hipertonik (oksitosin yang berlebihan).

                                                                                                                              
C.    Penatalaksanaan
                         
A.    Pencegahan
1.      Perasaan takut diatasi dengan perawatan prenatal yang baik.
2.      Analgesic digunakan kalu perlu untuk mencegah hilangnya pengendalian.
3.      Sedasi berat diberikan pada persalinan palsu agar pasien tidak kelelahan ketika benar-benar menjalani persalinan yang sesungguhnya.
B.     Penanganan
1.      Tindakan umum
·         Semangnat pasien harus diutamakan
Dalam menghadapi persalinan lama oleh sebab apapun, keadaan wanita yang bersangkutan harus diawasi dengan seksama. Tekanan darah diukur tiap 4 jam dan pemeriksaan ini dilakukan lebih sering apabila ada gajala preeklamsia
·         DJJ dicatat setiap setengah jam dalam kala 1 dan lebih sering dalam kala II
·         Kemungkinan dehidrasi dan asidosis harus mendapat perhatian spenuhnya. Karena ada persalinan lama selalu ada kemungkinan untuk melakukan tindakan pembedahan dengan narcosis, hendakanya klien jangan diberi makanan biasa.. melainkan dlam bentuk cairan. Sebaiknya diberikan infuse larutan glukosa 5% dan NaCl Isotonik scara intravena cseara berganti-ganti.
·         Kandung kemih dan usus dikosongkan bila perlu
·         Pemeriksaan dalam perlu dilakukan , akan teteapi harus selalu disadarai bahwa tiap pemeriksaan dalam mengandung bahaya infeksi.
2.      Sedasi dan Analgesi
Meskipun sedasi dengan jumlah yang berlebihan dapat merintangi kontraksi uterus, penggunaan sedsai yang tepat tidak akan mengganggu persalinan yang sebenrnya. Pasien memerlukan sedasi untuk menurunkan kecemasnnya dan memerlukan analgesi untuk mengurangi rasa nyeri. Untuk mengurangi rsasa neyri dapat diberi pethidin 50 Mg yang dapat diulangi, pada permulaan kala I dapat diberi 10 MmHg morvin acapkali sedasi dan istirahat dapat mengubah persalian yang buruk emnjadi persalinan yang lebih baik. Analgesic epidural lumbalis yang continue kerap kali efektif unruk memperbaiki kondisi uterus.

C.     Bila ada  tanda-tanda obstruksi, persalianan harus segera diselesaikan dengan seksio seksaria
D.    Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat dilakukan karena janin lahir tiba-tiba dan cepat
E.     Penanganan disfungsi uterus hipertonik
Disfungsi semacam ini ditandai dengan nyeri uterus yang sangat hebat diantara saat-saat his dan tentu saja tidak sebanding dengan efektivitasnya untuk menghasilkan penapisan serta dilatasi serviks. Jenis disfungsi uterus ini secara khas terjadi sebelum serviks mencapai dilatasi 4 cm ataun lebih.
Oksitosi jarang diperlukan pada keadaan hipertonus uteri dengan janin yang masih hidup. Persalinan dengan seksio sesaria jika dicurugai terjadi gawat janin. Apabila selaput ketuban masih utuh dan tidak tedapat bukti yang menunjukan adanya disporposi fetipelvik, pemberian morvin atau meperidin akan meredakan rasa nyeri dan memberikan kesempatan istirahat bagi ibu disamping menghentikan aktifitas uterus yang abnormal. Jadi harapan bahwa setelah pasien itu bangun kembali timbul his yang normal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar